Masjid Muhajirin Kota Pangkalpinang, |
SELAIN sebagai tempat ibadah, silaturahim, dan aktivitas lainnya, masjid juga memiliki nilai-nilai historis, peradaban, dan juga sentral pendidikan. Di Kota Pangkalpinang, Ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, banyak terdapat masjid-masjid tua dan bersejarah yang menjadi cikal bakal dari pertumbuhan agama Islam di kota tersebut.
Perjalanan
Metro Bangka Belitung dalam menyusuri
jejak masjid tertua dan bersejarah di Kota Pangkalpinang sudah sampai di Masjid
Muhajirin Kota Pangkalpinang. Masjid ini berlokasi di Jalan KH Hasan Basri Sulaiman (Jalan Balai) Kelurahan Gedung
Nasional, Kecamatan Tamansari, Kota Pangkalpinang.
Menurut
sejarahnya, Masjid Muhajirin mulai digunakan tahun 1940 (69 tahun yang
lalu) dalam bentuk surau kecil.
Pendirian surau kecil ini diprakarsai oleh beberapa tokoh-tokoh ulama di sekitar di
Kota Pangkalpiang, yakni Husin, Abdus Somad dan Hanafi
Asbat. Awalnya, surau kecil tersebut dikenal dengan nama Surau Jalan Balai.
H
Kamaruddin AK, penasihat dan Imam Rawatib (tetap) Masjid Muhajirin Kota
Pangkalpinang menceritakan, bahwa tahun 1957, Surau Jalan Balai itu mulai disempurnakan oleh seorang kyai yang berasal dari Muntok, yakni KH Hasan
Basri Sulaiman. Beliau membina jamaah
masjid tersebut sejak tahun 1957 sehingga diubahlah nama Surau Jalan Balai itu
menjadi Masjid Muhajirin.
“KH
Hasan Basri Sulaiman itu wafat tanggal 24
Januari 1976, dan beliau juga merupakan Ketua Muhammadiyah
Bangka waktu itu,” kata Kamarudidin.
Kamaruddin menerangkan, pada tahun 1966, masjid dilebarkan di bagian sayap sebelah kiri dengan
mendapat bantuan dari Komandan Batalyon 46 Bangka Mayor Sayuti (almarhum).
Tahun 1981, masjid kecil (pembangunan awal)
dirombak menjadi masjid yang ada sekarang dari
ukuran 15 x 15 menjadi 26 x 26 meter. Sejak tahun 1976-1983, Masjid
Muhajirin dipimpin oleh Abdullah Idris
alias Bujang Wet.
“Tahun 1983-2005, ketua masjid dijabat oleh H
Kamaruddin AK (saya sendiri). Tahun
2005-2007, diketuai oleh H. Sofyan Tsauri, dan tahun 2007-sekarang, dipimpin
oleh H Ubaidillah,” ujar Kamaruddin ketika ditemui Metro Bangka Belitung di kediamannya, Minggu, 30 Agustus 2009.
Kamaruddin
menambahkan, dana yang dibutuhkan untuk membangun masjid yang baru pada tahun 1981 tersebut sebanyak Rp 120
juta.
Untuk pembangunan
tahun 1981 sampai sekarang
berasal dari dana swadaya masyarakat dan
jamaah dari pemda
dan PT Timah. Sumbangan dana terbesar untuk pembangunan masjid ini berasal
dari Rabithah Alam Al-Islami, Mekkah,
Arab Saudi, sebanyak Rp30 juta melalui Dubes RI
di Arab Saudi.
“Saat
ini, masjid dipakai untuk salat dan pengajian. Tahun 1957 sampai sekarang, Masjid Muhajirin ini dibina oleh Pengurus
Muhammadiyah. Tahun 1957, Masjid Muhajirin sudah mulai melaksanakan kurban, pembagian zakat, dan sebagainya,” jelas
Kamaruddin.
Ia mengatakan, untuk menara masjid mulai dibangun tahun 1995 setinggi 26 meter, dan diresmikan pada tanggal 11 Ramadan 1416 H (Februari
1996) oleh Walikota Pangkalpinang Sofyan
Rebuin.
Di
Masjid Muhajirin, saat ini terdapat beberapa kegiatan,
yakni pengajian sebanyak dua kali seminggu pada Selasa malam dan Sabtu
malam. Di samping
itu, juga ada kegiatan Thausiyah Subuh dan pembinaan anak-anak Panti Asuhan
Muhammadiyah yang bersifat agama dan
umum. Pengurus Masjid Muhajirin juga
mengadakan ceramah agama sebelum saalat Tarawih dan ceramah subuh serta tadarusan selama bulan Ramadan.
Menurut
Muhammad Rasyidin, Sekretaris Masjid Muhajirin Kota Pangkalpinang, Masjid
Muhajirin sedang merintis perpustakaan
masjid dengan pengadaan buku-buku dari sumbangan jamaah
sebanyak 200 buku dan sebagian dibeli dari hasil infak di bulan
Ramadan.
“Saat
ini, kepengurusan perpustakaan sudah
terbentuk dan tujuan pendirian pustaka ini
untuk pendidikan jamaah masjid
secara luas khususnya pendidikan
agama,”
kata Rasyidin. (Trisno Edwar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar