Jumat, 15 Maret 2024

Masjid Sabilul Muhtadin Bukit Merapen Kota Pangkalpinang

 Didirikan Tokoh Agama Mentoh dan Syuib

 

Masjid Sabilul Muhtadin 

PERJALANAN
Metro  Bangka Belitung dalam menelusuri  jejak sejarah  masjid-masjid tertua di Kota Pangkalpinang sudah sampai ke Masjid Sabilul Muhtadin di Bukit Merapen, Kecamatan Gerunggang Kota Pangkalpinang. Masjid ini termasuk ke dalam masjid legendaries di Kota Pangkalpinang dan menjadi salah satu pelopor perkembangan agama Islam  khususnya bagi masyarakat Bukit Merapen.

Masjid ini  dibangun pada tahun 1927  oleh  Mentoh dan Syuib  yang merupakan putra daerah  Bangka. Masjid ini  dahulunya berasal dari  papan atau kayu, dan  belum begitu sempurna.  Dahulunya, masjid ini bernama Surau Bukit Merapin, dan dikelola oleh dua orang ulama yang mendirikan masjid ini.

M Yunus Harun, salah seorang pengurus Masjid Sabilul Muhtadin Kota Pangkalpinang menjelaskan, bahwa dua orang ulama itu, yakni Mentoh dan Syuib  adalah orang yang mengembangkan agama Islam di sekitar Bukit Merapin dan Bukit Lama, sekaligus menjadi pengelola masjid (surau) itu.  Masjid ini  digunakan untuk kepentingan ibadah,  untuk belajar agama, musyawarah, dan mengaji. Bangunannya terbuat dari kayu cempedak dan  nyatoh serta atapnya dari genteng.

“Pembangunan masjid ini diperuntukkan untuk umum. Masjid ini pernah juga didatangi ulama luar daerah yang  memberikan ceramah.  Pada dasarnya, masjid ini merupakan sebuah langgar, dan fanatisme agama sangat kental di  masjid ini, ujar M Yunus kepada Metro Bangka Belitung,  Selasa 15 September 2009.

Di Kota Pangkalpinang, banyak sekali terdapat masjid-masjid  yang berusia tua dan bersejarah. Namun, masjid ini tidak lapuk dimakan waktu, malah bangunan masjid  tetap berdiri kokoh dan tegak  dan tidak meninggalkan corak kebudayaan masjid yang aslinya. 

Pembangunan Masjid Sabilul Muhtadin ini juga mendapat bantuan dari Pemerintah Kota Pangkalpinang walaupun belum jumlah tak begitu besar.  Pengurus masjid ini juga akan melebarkan  bangunannya tapi masih terkendala masalah tanah. Pelebaran ini dilakukan karena bangunan masjid tidak mampu lagi menampung jamaah terutama saat salat Idul Fitri dan Idul Adha.

Kegiatan yang dilakukan di masjid ini antara lain salat berjamaah, pengajian ibu-ibu dan anak-anak, kuliah subuh,  dan TPA. Sementara di bulan puasa ada  salat Tarawih,  tadarusan anak-anak dan buka bersama di  masjid.  Masjid ini juga mempunyai  gedung TPA dan ada siswa anak-anak sebanyak  32 orang  dan 30 orang ibu-ibu. Di TPA , juga diajarkan pelajaran agama dan  mengaji. (M-116)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar