Masjid Al-Imam |
Bangunan masjid ini dibangun bersamaan dengan kelahiran dan perkembangan Kenagarian Kambang. Arsitektur dan komponen bangunannya banyak mengandung nilai-nilai falsafah dan lambang masyarakat Nagari Kambang.
Denah bangunan
masjid berbentuk bujur
sangkar. Ruang utama di bagian tengah tidak terdapat dinding pembatas,
sehingga merupakan ruangan yang terbuka. Di sisi barat terdapat mihrab,
sedangkan di bagian kanan dan kiri
bangunan terdapat ruangan samping yang membentuk selasar.
Selasar di
bagian timur seolah-olah
menjadi lorong karena
tertutup oleh bangunan tambahan
berupa bangunan tempat wudu.
Dinding masjid terbuat
dari bata lepa berukuran relatif tebal, sekitar 30 cm. Dinding masih asli belum
pernah diganti sejak semula dibangun dengan cat berwarna putih. Perubahan pada
bagian dinding terutama pada sisi dalam yang diberi tambahan keramik pada bagian
bawah setinggi 1 meter.
Tiang utama pada ruang
utama terdapat 9 buah yang melambangkan jumlah Koto (Kampung) yang ada pada
waktu itu di Nagari Kambang. Tiang yang berderet di depan dekat mihrab sebanyak
14 buah
yang melambangkan jumlah
penghulu yang berjumlah
14 orang yang berasal dari 4 suku, yaitu suku Kampai Tangah, suku Panai,
suku Tigolareh, dan suku Malayu.
Adapun jumlah tiang yang
ada di sisi luar sebelah timur,
utara, dan selatan
berjumlah 50 buah
yang melambangkan jumlah gelar ninik mamak atau mamak kaum yang ada di Nagari
Kambang pada waktu itu.
Lantai ruangan utama
menggunakan keramik Belanda. Terdapat tiga motif keramik, yaitu warna hitam,
biru, dan coklat. Pada bagian tengah umumnya menggunakan keramik warna biru,
bagian belakang warna hitam, dan bagian belakang mihrab menggunakan warna
coklat.
Pintu dan
jendela sudah mengalami
pergantian. Hanya jendela
di samping kanan dan kiri bagian mihrab yang agaknya masih merupakan
jendela yang asli dengan daun jendela
berbentuk jalusi dari
kayu. Atap berupa
atap seng tumpang
lima yang melambangkan bahwa Nagari Kambang memiliki
lima buah masjid adat.
Bersejarah
Masjid ini berada di jantung
Nagari Kambang, yakni Balai Kamis Koto Baru. Bangunan ini salah satu bangunan
tua di Pesisir Selatan. Para pendirinya, masjid itu diberi nama Al-Imam, yang
artinya Sang Pemimpin.
Bentuk bangunannya unik
dan sangat menarik. Kabarnya dirancang insinyur dari Belanda dan China dengan
perpaduan gaya Timur Tengah dan khas Eropa. Masjid yang tidak pernah dirombak
dari bentuk aslinya kini menjadi kebanggaan anak Nagari Kambang dan masyarakat
Pesisir Selatan.
Masjid Al-Imam Koto Baru
memiliki peran sangat strategis di masyarakat Kambang. Ia selain sebagai tempat
syiar agama, juga untuk memecahkan berbagai persoalan ekononomi warga Kambang.
Dari sini dulunya berbagai
keputusan penting dilahirkan untuk kepentingan masyarakat. Masjid ini juga
merupakan masjid perjuangan.
Al - Imam adalah lambang
kesatuan agama dan adat di Kambang. Dalam tambo adat pun disebutkan betapa ia
menjadi sentral bagi masyarakat Kambang. Tertuang dalam tambo yang terwarisi
hingga kini: "Masajik limo, koto sambilan, imamnya di Koto Baru.
Performa Masjid Al-Imam
sungguh membawa kita kemasa lalu. Kubahnya antik dan menarik berupa payung
besar, memiliki arti tigo payuang sakaki.
Tigo payuang sakaki adalah struktur
adat yang tidak lekang hingga kini dan lekat dengan bangunan itu. Kemudian
reliefnya yang juga sangat menarik perhatian yang menggambarkan orang Kambang
sangat menjaga seni dan keindahan..
Lantas melongok pula ke dalam
bangunan. Tiang tiangnya masih orisinil. Tiangnya itu konon kabarnya dibuat
orang orang "sakti" di Nagari Kambang. Sebagaimana masjid umumnya
tiang masjid tersebut memiliki makna.
Katar Datuak Sati, salah
seorang okoh masyarakat Kambang mengatakan, bangunan dan tiang itu telah
berdiri semenjak tahun 1926. "Semenjak berdiri, masjid itu tidak banyak
mengalami perubahan. Perubahan hanya dilakukan pada daun pintu, sementara yang
lainnya tidak," katanya.
Pun hingga kini masih
tersimpan di lemari kitab-kitab kuning lama. Kitab-kitab al-Umm, al-Majmu'
Syarah Muhazzab, Irsyadus Sari Syarah Shahih Bukhari, Syarah Ihya (Ittihaf
Sadatil Muttaqin), Tuhfatul Muhtaj, dan lain-lainnya.
Masjid ini karena terletak
di jantung Nagari Kambang, maka setiap waktu tampak makmur. Kegiatan ibadah
lima waktu tidak ada yang tertinggal. Pengajian-pengajian selepas Isya atau Subuh
juga berlangsung dengan baik dan terencana.
Semenjak dahulu hingga
kini, Masjid Al-Imam memiliki peran stategis melahirkan kader kader ulama. n MN/berbagai sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar