Masjid Al-Badar Pangkalpinang |
Saya menelusuri jejak sejarah masjid tua di Kota Pangkalpinang. Kali ini Masjid Al-Badar Kota Pangkalpinang yang berada di Jalan Sekolah Nomor 1, Kelurahan Melintang, Kecamatan Rangkui, Pangkalpinang, lokasinya tepat di depan Kuburan Kerkhopf (Pendam Belanda).
Masjid Al-Badar merupakan
salah satu masjid tertua yang dibangun pada tahun 1920. Awalnya masjid ini masih
berstatus sebagai surau yang menempati lahan seluas lebih kurang 297 m2. Surau tersebut didirikan di atas tanah yang diwakafkan oleh salah
seorang tokoh agama yakni H Ibrahim (almarhum).
Seperti umumnya pembangunan masjid semasa ini, selalu dilakukan dengan
bergotong-royong. Beda dengan saat ini, pembagunan masjid diserahkan kepada
pemborong bangunan atau tukang, yang akhirnya kebersamaan antar-umat Islam kian
menyurut.
Pada awal berdirinya Masjid
Al-Badar, masjid masih berdinding papan, lantai semen dan beratapkan genteng. Pembagunan
masjid secara swadaya masyarakat itu, diselesaikan dalam jangka waktu lebih
kurang 8 bulan. Karena keterbatasan, penerangan masjid hanya menggunakan lampu
petromak dan lampu tempel, serta belum menggunakan pengeras suara.
Pada tahun 1940, bangunan surau tersebut renovasi menjadi semi permanen yang diprakarsai H
Achmad Rosyidi (almarhum) salah seorang tokoh agama Islam serta didukung penuh
oleh masyarakat.
Tahun 1945 di era
kemerdekaan, surau kecil itu mendapatkan aliran listrik dari perusahaan pertambangan
timah saat itu, yakni Tambang Timah
Bangka, serta mulai menggunakan sound
system yang masih sangat sederhana.
Tahun 1958, bangunan surau
itu direnovasi dari semi permanen menjadi permanen, juga dengan cara swadaya
masyarakat serta gotong royong. Pada saat renovasi itu, terjadi
perubahan status dari surau menjadi masjid, dan sampai sekarang dikenal
dengan nama Masjid Al- Badar.
Menurut H Ahmad Dainuri bin H
M Rosyidi, Humas Masjid AL-Badar yang didampingi Zuhri Effendi, Ketua
Pembangunan Masjid Al-Badar menjelaskan, tahun 1965-1970 ada perbaikan surau atau Masjid Al-Badar,
yakni surau kecil diperbesar dan berbentuk sederhana. Kondisi ini
berkembang sampai tahun 1976. Dari tahun
1970-2009, ada bentuk kedua dari surau kecil. Dan tanggal 11 Mei 2009, masjid
ini mulai direhab kembali.
“Bentuk arsitektur masjid ini
berasal dari Pulau Bangka asli dan pembangunan masjid ini sudah memasuki
periode ketiga. Pendirian surau atau masjid Al-Badar ini dilatarbelakangi oleh
banyaknya guru-guru agama yang mau berdakwah serta bercita-cita mensyiarkan
agama Islam kepada masyarakat,” kata Ahmad Dainuri kepada Metro Bangka Belitung.
Sentra Perjuangan Islam
Surau ini dulunya bernama
Surau H Ibrahim dan menjadi sentra perjuangan Islam. Imam pertama masjid ini
adalah H Ibrahim yang berstatus guru agama serta mensyiarkan Islam dengan
keliling kampung.
Dainuri menambahkan, masjid
ini dinamakan Al-Badar didorong oleh dua faktor, yakni kata-kata Perang Badar yang artinya kemenangan
umat Islam terhadap kaum kafir Quraisy
pada zaman Rasulullah SAW, yang menjadi motivasi bagi umat Islam. Kemudian
Al-Badar berarti bulan purnama yang menggambarkan Rasulullah SAW sebagai cahaya penerang
bagi umat Islam.
“Awalnya jamaahnya masih
sedikit, tapi surau kecil ini selalu penuh. Jamaah masjid ini baru
ramai pada bulan puasa. Pada waktu zaman penjajahan dulu, tidak ada
penangkapan-penangkapan terhadap para ulama yang mengembangkan agama Islam,”
terangnya.
Kegiatan bulan Ramadan yang dilaksanakan di Masjid Al-Badar ini
antara lain buka bersama, tadarusan,
majelis taqlim, ceramah agama termasuk penceramah dari luar Kota
Pangkalpinang. Saat ini, jamaah masjid
ini agak ramai dan ada juga para musafir yang berasal dari luar daerah. Pada masa penjajahan, surau ini menjadi basis
agama Islam dan perlawanan terhadap penjajah.
“Kami dari pengurus Masjid Al-Badar
juga mengharapkan kepedulian dari para dermawan demi pembangunan masjid yang
memiliki banyak nilai-nilai historis serta merupakan saksi sejarah Kota
Pangkalpinang,” pungkas Ahmad Dainuri. (trisno edwar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar