Selasa, 12 Maret 2024

Masjid Al-Badar Pangkalpinang, Semula Bernama Surau Kecil H Ibrahim

Masjid Al-Badar Pangkalpinang
 SETIAP masjid dapat dipastikan memiliki kisah dan latar belakang sejarah, baik itu proses pembangunannya, imam, dan tokoh ulama yang menggerakannya. Hal serupa juga berlaku di masjid-masjid yang ada di Pulau Bangka, termasuk di Pangkalpinang.

Saya menelusuri jejak sejarah masjid tua di Kota Pangkalpinang. Kali ini Masjid Al-Badar Kota Pangkalpinang yang berada di Jalan Sekolah Nomor 1, Kelurahan Melintang, Kecamatan Rangkui, Pangkalpinang, lokasinya tepat di depan Kuburan Kerkhopf (Pendam Belanda). 

Masjid Al-Badar merupakan salah satu masjid tertua yang dibangun pada tahun 1920. Awalnya masjid ini masih berstatus sebagai surau yang menempati lahan seluas lebih kurang  297 m2. Surau  tersebut didirikan  di atas tanah yang diwakafkan oleh salah seorang  tokoh agama yakni H Ibrahim (almarhum). Seperti umumnya pembangunan masjid semasa ini, selalu dilakukan dengan bergotong-royong. Beda dengan saat ini, pembagunan masjid diserahkan kepada pemborong bangunan atau tukang, yang akhirnya kebersamaan antar-umat Islam kian menyurut.

Pada awal berdirinya Masjid Al-Badar, masjid masih berdinding papan, lantai semen dan beratapkan genteng. Pembagunan masjid secara swadaya masyarakat itu, diselesaikan dalam jangka waktu lebih kurang 8 bulan. Karena keterbatasan, penerangan masjid hanya menggunakan lampu petromak dan lampu tempel, serta belum menggunakan pengeras suara.  

Pada tahun  1940, bangunan surau tersebut renovasi  menjadi semi permanen yang diprakarsai H Achmad Rosyidi (almarhum) salah seorang tokoh agama Islam serta didukung penuh oleh masyarakat. 

Tahun 1945 di era kemerdekaan, surau kecil itu mendapatkan aliran listrik dari perusahaan pertambangan timah saat itu, yakni  Tambang Timah Bangka, serta mulai menggunakan sound system yang masih sangat sederhana. 

Tahun 1958, bangunan surau itu direnovasi dari semi permanen menjadi permanen, juga dengan cara swadaya masyarakat serta gotong royong. Pada saat renovasi itu,  terjadi  perubahan status dari surau menjadi masjid, dan sampai sekarang dikenal dengan nama Masjid Al- Badar.

Menurut H Ahmad Dainuri bin H M Rosyidi, Humas Masjid AL-Badar yang didampingi Zuhri Effendi, Ketua Pembangunan Masjid Al-Badar menjelaskan, tahun 1965-1970  ada perbaikan surau atau Masjid Al-Badar, yakni surau kecil diperbesar dan berbentuk sederhana. Kondisi ini berkembang  sampai tahun 1976. Dari tahun 1970-2009, ada bentuk kedua dari surau kecil. Dan tanggal 11 Mei 2009, masjid ini mulai direhab kembali.

“Bentuk arsitektur masjid ini berasal dari Pulau Bangka asli dan pembangunan masjid ini sudah memasuki periode ketiga. Pendirian surau atau masjid Al-Badar ini dilatarbelakangi oleh banyaknya guru-guru agama yang mau berdakwah serta bercita-cita mensyiarkan agama Islam kepada masyarakat,” kata Ahmad Dainuri kepada Metro Bangka Belitung.

Sentra Perjuangan Islam

Surau ini dulunya bernama Surau H Ibrahim dan menjadi sentra perjuangan Islam. Imam pertama masjid ini adalah H Ibrahim yang berstatus guru agama serta mensyiarkan Islam dengan keliling kampung.

Dainuri menambahkan, masjid ini dinamakan Al-Badar didorong oleh dua faktor, yakni  kata-kata Perang Badar yang artinya kemenangan umat Islam  terhadap kaum kafir Quraisy pada zaman Rasulullah SAW, yang menjadi motivasi bagi umat Islam. Kemudian Al-Badar berarti bulan purnama yang menggambarkan Rasulullah SAW  sebagai cahaya  penerang  bagi umat Islam.

“Awalnya jamaahnya masih sedikit, tapi  surau kecil  ini selalu penuh. Jamaah masjid ini baru ramai pada bulan puasa. Pada waktu zaman penjajahan dulu, tidak ada penangkapan-penangkapan terhadap para ulama yang mengembangkan agama Islam,” terangnya.

Kegiatan bulan Ramadan  yang dilaksanakan di  Masjid Al-Badar  ini  antara lain buka bersama, tadarusan,  majelis taqlim, ceramah agama termasuk penceramah dari luar Kota Pangkalpinang.  Saat ini, jamaah masjid ini agak ramai dan ada juga para musafir yang berasal dari luar daerah.  Pada masa penjajahan, surau ini menjadi basis agama Islam dan perlawanan terhadap penjajah.

“Kami dari pengurus Masjid Al-Badar juga mengharapkan kepedulian dari para dermawan demi pembangunan masjid yang memiliki banyak nilai-nilai historis serta merupakan saksi sejarah Kota Pangkalpinang,” pungkas  Ahmad Dainuri. (trisno edwar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar