Selasa, 31 Maret 2015

Irwan Prayitno, Muslim Kasim, dan Shadiq Pasadigoe Berpeluang Jadi Gubernur Sumbar

Jagaku—Peta kekuatan bakal calon Gubernur Sumbar periode 2015-2020, mulai terkuak. Spektrum Politika, sebuah lembaga survei terpercaya, merilis kandidat paling berpotensi mengalahkan Irwan Prayitno, adalah Muslim Kasim namun Shadiq Pasadigoe, Fauzi Bahar, Nasrul Abit, Syamsul Rahim, dan Epyardi Asda tetap diperhitungkan.

Atmosfir hangat menjelang ditabuhnya genderang pemilihan Gubernur Sumbar, Desember 2015 mendatang, mulai menyelimuti Bumi Ranah Minang. Perang antara dua petahana dan sejumlah nama tokoh besar yang sudah masuk dalam bursa kandidat calon gubernur Sumbar periode 2015-2020, dipastikan menjadi sejarah terbesar dalam konstelasi politik Sumatera Barat sepanjang satu dekade terakhir.

Tanpa mengenyampingkan kans dan potensi para ‘kuda hitam’, namun pertemuan dua petahana, yakni Gubernur Irwan Prayitno (IP) dan Wakil Gubernur Muslim Kasim (MK) pada arena Pilgub Sumbar 2015 mendatang, memang dipastikan akan menjadi duel maut bagi duet pasangan yang telah menahkodai Sumbar sejak 15 Agustus 2010 silam itu.

Dari hasil simulasi elektabilitas calon Gubernur Sumbar yang dirilis lembaga survei SpektrumPolitika, kandidat paling berpotensi untuk mengalahkan Irwan Prayitno adalah Muslim Kasim sendiri. Irwan Prayitno yang berada di posisi teratas pada persentase simulasi elektabilitas lima paket calon gubernur Sumbar yakni 43,3 persen, tampak diikuti Muslim Kasim dengan elektabilitas 13,9 persen.

Kemudian disusul Shadiq Pasadigoe dengan elektabilitas 13,4 persen, Nasrul Abit 7,3 persen dan terakhir Syamsu Rahim 6,3 persen. Sementara dalam simulasi elektabilitas tiga paket calon, posisi Irwan Prayitno yang kembali berada di urutan teratas dengan persentase sebesar 47,6 persen, disusul MK 15,4 persen dan SP 14,9 persen.

Sedang untuk top lima besar popularitas dan acceptabilitas terhadap bakal calon gubernur (bacagub), Spektrum Politika tetap menempatkan Irwan Prayitno di posisi atas yakni 83,17 disusul Fauzi Bahar 56,5 lalu Muslim  Kasim (46,17), Shadiq Pasadigoe (25,8) dan Nasrul Abit (17,33).

Peneliti Spektrum Politika, Asrinaldi mengatakan, metodologi survei yang dilakukan dengan cara multistage random sampling, dilakukan dengan melibatkan 1200 responden, dengan tingkat kepercayaan 95 persen dan margin of error sebesar 2,8 persen.

“Adapun yang menjadi unit sampling primer survei (PSU), adalah masyarakat di 80 kelurahan atau nagari, yang tersebar di 12 kabupaten/ kota se-Sumbar,” ujar Asrinaldi.

Asrinaldi yang dihubungi Ha¬luan, Selasa (31/3/2015) mengatakan, pada prinsipnya survei merupakan proses identifikasi dan pemetaan dari persepsi masyarakat terhadap para bakal calon kepala daerah (gubernur Sumbar), sekaligus mengakomodasi berbagai harapan dan aspirasi mereka terhadap pemimpin Sumbar ke depan.

“Hasil berupa angka-angka yang dirilis setiap lembaga survey itu bersifat dinamis. Apapun hasilnya, ini setidaknya bisa menjadi pedoman bagi masing-masing calon. Namun di sisi lain, para kandidat juga harus tetap mewaspadainya. Karena bisa saja lembaga berikut hasil survei yang dirilisnya itu, adalah setingan dari calon tertentu,” terang Asrinaldi seperti dikutip Haluan.

Asrinaldi mengatakan, para calon hendaknya dapat menyikapi hasil survei yang dirilis beberapa lembaga itu secara objektif. Bahkan imbuh Asrinaldi, ada baiknya jika hasil survei tersebut dijadikan sebagai pedoman untuk terus melakukan perbaikan dan pembenahan dalam upaya meraih simpati dan tingkat kepercayaan masyarakat.

“Para calon harus melihat hal itu (hasil survei) secara objektif. Ambil positifnya. Namun demikian, tetap juga harus dipahami, bahwa bukan tidak mungkin hasil polling tersebut merupakan sebuah agenda setting dari calon-calon tertentu,” tandasnya.

Irwan Prayitno mengatakan, dirinya tetap mengambil sisi positif dari hasil-hasil survei yang dirilis sejumlah lembaga sejak beberapa waktu terakhir. Walau nyaris seluruh lembaga survei menempatkan namanya di posisi teratas dengan tingkat elektabilitas paling tinggi dan jauh meninggalkan kandidat lainnya, namun IP tetap menganggap hal tersebut sebagai sebuah ‘ujian’.

“Menang atau kalah, tinggi atau rendah (hasil survei), bagi saya adalah ujian. Yang terpenting itu, adalah bagaimana kita menyikapinya secara objektif dan bisa mengambil hikmah dibalik fenomena itu. Tentunya dengan selalu berusaha dan berserah diri kepada Allah, karena jika Allah menghendaki, semua bisa berubah dalam sekejap,” ujar Irwan.

Secara terpisah, Muslim Kasim yang juga dihubungi tadi malam terkait hasil survei Spektrum Politika menyatakan, bahwa dirinya tidak pernah memaknai ajang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) sebagai pertarungan kalah-menang.

“Sebagai sebuah dinamika politik, lumrah saja ada lembaga survei yang memetakan kekuatan bakal calon yang akan tampil di Pemilukada nanti. Namun, saya tidak pernah memaknai Pilkada sebagai pertarungan kalah-menang. Bagi saya, maju di Pilkada adalah sebuah ikhtiar untuk tetap bisa mengabdi bagi kepentingan orang banyak. Soal hasilnya, kami serahkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala,” ujar Muslim Kasim.

Duel Maut Petahana

Duel maut dua petahana (IP-MK), memang tengah menjadi tranding topik di kancah perpolitikan Ranah Minang jelang Pilgub Sumbar 2015 mendatang. Oleh banyak pihak, IP dan MK merupakan two major powers (dua simpul kekuatan utama) pada alek lima tahunan yang tinggal menghitung bulan itu. Betapa tidak, keduanya tengah sama-sama berkuasa, punya modal dan punya kekuatan besar (basis massa/suara) untuk saling berpacu. Tentu tanpa mengenyampingkan potensi dan kekuatan tokoh-tokoh lain, yang bisa saja menyalip sebagai kuda hitam.

Jika keduanya masuk box start (sebagai petahana), dipastikan duel maut akan benar-benar menyemarakkan pesta demokrasi di Sumbar pada 2015 ini. Betapa tidak, selain sebagai dua simpul kekuatan utama, keduanya tentu sama-sama memiliki elektabilitas yang tinggi. Apalagi sebelum menjabat Gubernur/Wakil Gubernur Sumbar, baik IP maupun MK, juga telah sama-sama memiliki rekam jejak dan pengalaman politik yang panjang.

IP misalnya, selain pernah ikut bertarung sebagai cagub Sumbar pada 2005 lalu, politisi PKS ini juga pernah mengecap posisi sebagai anggota DPR RI, sebelum akhirnya kembali mengikuti pertarungan di arena Pilgub Sumbar 2010 dan menang. Sementara MK, dengan bermodalkan kekuatan jaringan PKDP dan dukungan elit politik, plus rekam jejaknya selama dua periode memimpin Padang Pariaman, tentu akan menjadi tiket paling mahal untuk selanjutnya naik peringkat menjadi orang nomor satu.

Kuda Hitam dan Juru Kunci

Selain dua nama sang petahana, kekuatan di luar kekuasaan rumah bagonjong Sumbar saat ini, tentu tak bisa dianggap enteng dan tak bisa dipandang sebelah mata. Meski kecenderungan politik kerap ‘memenangkan’ incumbent di beberapa hajatan politik lokal, namun tak satu dua pula petahana yang harus tersingkir, tumbang dan akhirnya dengan ikhlas menyerahkan estafet kepemimpinan mereka kepada pesaingnya, yang nota bene berstatus kuda hitam.

Dari sejumlah nama-nama kandidat yang sudah muncul mera¬maikan bursa kandidat bakal calon Gubernur Sumbar, di antaranya Fauzi Bahar, mantan Walikota Padang dua periode. Selanjutnya, Shadiq Pasadigoe, Syamsu Rahim, Nasrul Abit (ketiganya bupati dua periode di Tanah Datar, Kabupaten Solok dan Pesisir Selatan—red) serta Epyardi Asda, Mulyadi dan beberapa nama lainnya.

“Di atas kertas, dua petahana boleh bangga dengan kekuatan, pun kekuasaan yang kini tengah di tangan mereka. Namun selain akan sangat ditentukan oleh juru kunci (wakil), mereka juga harus jeli dan awas terhadap pergerakan kuda hitam, yang nota bene akan menjadi kekuatan liar di luar lingkar kekua¬saan,” kata H. Nasrullah Nukman, salah seorang politisi senior Kota Padang Panjang. (SSC)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar