Jagaku—Peta kekuatan bakal
calon Gubernur Sumbar periode 2015-2020, mulai terkuak. Spektrum Politika,
sebuah lembaga survei terpercaya, merilis kandidat paling berpotensi
mengalahkan Irwan Prayitno, adalah Muslim Kasim namun Shadiq Pasadigoe, Fauzi
Bahar, Nasrul Abit, Syamsul Rahim, dan Epyardi Asda tetap diperhitungkan.
Atmosfir hangat menjelang ditabuhnya
genderang pemilihan Gubernur Sumbar, Desember 2015 mendatang, mulai menyelimuti
Bumi Ranah Minang. Perang antara dua petahana dan sejumlah nama tokoh besar
yang sudah masuk dalam bursa kandidat calon gubernur Sumbar periode 2015-2020,
dipastikan menjadi sejarah terbesar dalam konstelasi politik Sumatera Barat
sepanjang satu dekade terakhir.
Tanpa mengenyampingkan kans dan
potensi para ‘kuda hitam’, namun pertemuan dua petahana, yakni Gubernur Irwan
Prayitno (IP) dan Wakil Gubernur Muslim Kasim (MK) pada arena Pilgub Sumbar
2015 mendatang, memang dipastikan akan menjadi duel maut bagi duet pasangan
yang telah menahkodai Sumbar sejak 15 Agustus 2010 silam itu.
Dari hasil simulasi elektabilitas
calon Gubernur Sumbar yang dirilis lembaga survei SpektrumPolitika, kandidat
paling berpotensi untuk mengalahkan Irwan Prayitno adalah Muslim Kasim sendiri.
Irwan Prayitno yang berada di posisi teratas pada persentase simulasi
elektabilitas lima paket calon gubernur Sumbar yakni 43,3 persen, tampak
diikuti Muslim Kasim dengan elektabilitas 13,9 persen.
Kemudian disusul Shadiq Pasadigoe
dengan elektabilitas 13,4 persen, Nasrul Abit 7,3 persen dan terakhir Syamsu
Rahim 6,3 persen. Sementara dalam simulasi elektabilitas tiga paket calon,
posisi Irwan Prayitno yang kembali berada di urutan teratas dengan persentase
sebesar 47,6 persen, disusul MK 15,4 persen dan SP 14,9 persen.
Sedang untuk top lima besar
popularitas dan acceptabilitas terhadap bakal calon gubernur (bacagub),
Spektrum Politika tetap menempatkan Irwan Prayitno di posisi atas yakni 83,17
disusul Fauzi Bahar 56,5 lalu Muslim Kasim
(46,17), Shadiq Pasadigoe (25,8) dan Nasrul Abit (17,33).
Peneliti Spektrum Politika,
Asrinaldi mengatakan, metodologi survei yang dilakukan dengan cara multistage
random sampling, dilakukan dengan melibatkan 1200 responden, dengan tingkat
kepercayaan 95 persen dan margin of error sebesar 2,8 persen.
“Adapun yang menjadi unit sampling
primer survei (PSU), adalah masyarakat di 80 kelurahan atau nagari, yang
tersebar di 12 kabupaten/ kota se-Sumbar,” ujar Asrinaldi.
Asrinaldi yang dihubungi Ha¬luan,
Selasa (31/3/2015) mengatakan, pada prinsipnya survei merupakan proses
identifikasi dan pemetaan dari persepsi masyarakat terhadap para bakal calon
kepala daerah (gubernur Sumbar), sekaligus mengakomodasi berbagai harapan dan
aspirasi mereka terhadap pemimpin Sumbar ke depan.
“Hasil berupa angka-angka yang
dirilis setiap lembaga survey itu bersifat dinamis. Apapun hasilnya, ini
setidaknya bisa menjadi pedoman bagi masing-masing calon. Namun di sisi lain,
para kandidat juga harus tetap mewaspadainya. Karena bisa saja lembaga berikut
hasil survei yang dirilisnya itu, adalah setingan dari calon tertentu,” terang
Asrinaldi seperti dikutip Haluan.
Asrinaldi mengatakan, para calon
hendaknya dapat menyikapi hasil survei yang dirilis beberapa lembaga itu secara
objektif. Bahkan imbuh Asrinaldi, ada baiknya jika hasil survei tersebut
dijadikan sebagai pedoman untuk terus melakukan perbaikan dan pembenahan dalam
upaya meraih simpati dan tingkat kepercayaan masyarakat.
“Para calon harus melihat hal itu
(hasil survei) secara objektif. Ambil positifnya. Namun demikian, tetap juga
harus dipahami, bahwa bukan tidak mungkin hasil polling tersebut merupakan
sebuah agenda setting dari calon-calon tertentu,” tandasnya.
Irwan Prayitno mengatakan, dirinya
tetap mengambil sisi positif dari hasil-hasil survei yang dirilis sejumlah
lembaga sejak beberapa waktu terakhir. Walau nyaris seluruh lembaga survei
menempatkan namanya di posisi teratas dengan tingkat elektabilitas paling
tinggi dan jauh meninggalkan kandidat lainnya, namun IP tetap menganggap hal tersebut
sebagai sebuah ‘ujian’.
“Menang atau kalah, tinggi atau
rendah (hasil survei), bagi saya adalah ujian. Yang terpenting itu, adalah
bagaimana kita menyikapinya secara objektif dan bisa mengambil hikmah dibalik
fenomena itu. Tentunya dengan selalu berusaha dan berserah diri kepada Allah,
karena jika Allah menghendaki, semua bisa berubah dalam sekejap,” ujar Irwan.
Secara terpisah, Muslim Kasim yang
juga dihubungi tadi malam terkait hasil survei Spektrum Politika menyatakan,
bahwa dirinya tidak pernah memaknai ajang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)
sebagai pertarungan kalah-menang.
“Sebagai sebuah dinamika politik,
lumrah saja ada lembaga survei yang memetakan kekuatan bakal calon yang akan
tampil di Pemilukada nanti. Namun, saya tidak pernah memaknai Pilkada sebagai
pertarungan kalah-menang. Bagi saya, maju di Pilkada adalah sebuah ikhtiar
untuk tetap bisa mengabdi bagi kepentingan orang banyak. Soal hasilnya, kami
serahkan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala,” ujar Muslim Kasim.
Duel
Maut Petahana
Duel maut dua petahana (IP-MK),
memang tengah menjadi tranding topik di kancah perpolitikan Ranah Minang jelang
Pilgub Sumbar 2015 mendatang. Oleh banyak pihak, IP dan MK merupakan two major
powers (dua simpul kekuatan utama) pada alek lima tahunan yang tinggal menghitung
bulan itu. Betapa tidak, keduanya tengah sama-sama berkuasa, punya modal dan
punya kekuatan besar (basis massa/suara) untuk saling berpacu. Tentu tanpa
mengenyampingkan potensi dan kekuatan tokoh-tokoh lain, yang bisa saja menyalip
sebagai kuda hitam.
Jika keduanya masuk box start
(sebagai petahana), dipastikan duel maut akan benar-benar menyemarakkan pesta
demokrasi di Sumbar pada 2015 ini. Betapa tidak, selain sebagai dua simpul
kekuatan utama, keduanya tentu sama-sama memiliki elektabilitas yang tinggi.
Apalagi sebelum menjabat Gubernur/Wakil Gubernur Sumbar, baik IP maupun MK,
juga telah sama-sama memiliki rekam jejak dan pengalaman politik yang panjang.
IP misalnya, selain pernah ikut
bertarung sebagai cagub Sumbar pada 2005 lalu, politisi PKS ini juga pernah
mengecap posisi sebagai anggota DPR RI, sebelum akhirnya kembali mengikuti
pertarungan di arena Pilgub Sumbar 2010 dan menang. Sementara MK, dengan
bermodalkan kekuatan jaringan PKDP dan dukungan elit politik, plus rekam
jejaknya selama dua periode memimpin Padang Pariaman, tentu akan menjadi tiket
paling mahal untuk selanjutnya naik peringkat menjadi orang nomor satu.
Kuda
Hitam dan Juru Kunci
Selain dua nama sang petahana,
kekuatan di luar kekuasaan rumah bagonjong Sumbar saat ini, tentu tak bisa
dianggap enteng dan tak bisa dipandang sebelah mata. Meski kecenderungan
politik kerap ‘memenangkan’ incumbent di beberapa hajatan politik lokal, namun
tak satu dua pula petahana yang harus tersingkir, tumbang dan akhirnya dengan
ikhlas menyerahkan estafet kepemimpinan mereka kepada pesaingnya, yang nota
bene berstatus kuda hitam.
Dari sejumlah nama-nama kandidat
yang sudah muncul mera¬maikan bursa kandidat bakal calon Gubernur Sumbar, di
antaranya Fauzi Bahar, mantan Walikota Padang dua periode. Selanjutnya, Shadiq
Pasadigoe, Syamsu Rahim, Nasrul Abit (ketiganya bupati dua periode di Tanah
Datar, Kabupaten Solok dan Pesisir Selatan—red) serta Epyardi Asda, Mulyadi dan
beberapa nama lainnya.
“Di atas kertas, dua petahana boleh
bangga dengan kekuatan, pun kekuasaan yang kini tengah di tangan mereka. Namun
selain akan sangat ditentukan oleh juru kunci (wakil), mereka juga harus jeli
dan awas terhadap pergerakan kuda hitam, yang nota bene akan menjadi kekuatan
liar di luar lingkar kekua¬saan,” kata H. Nasrullah Nukman, salah seorang
politisi senior Kota Padang Panjang. (SSC)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar