Jagaku—Tensi politik di
Sumatera Barat jelang pemilihan gubernur (pilgub) 2015 ini terus membara.
Apinya sudah mulai ditiup. Hawanya panas. Apa lagi menyusul munculnya sejumlah
kandidat yang siap bertarung. Sejumlah partai politik yang memiliki kans untuk
mengajukan calon sudah memasang strategi politik. Tapi, melihat konstelasi politik
lokal, hanya 4 pasang calon gubernur yang bisa maju.
Tak banyak yang bisa menebak perkiraan jumlah pasangan
petarung yang akan maju dalam Pilgub Sumbar mendatang. Alasannya, karena tahapan
Pilkada yang belum jelas, menyusul belum tuntasnya revisi UU No. 1 Tahun 2015
tentang Pilkada dan permasalahan politik di nasional, banyak yang masih
berpikir dalam pencalonan.
Kini, di DPRD Sumbar terdapat tujuh partai yang sudah
memegang separuh tiket untuk maju pada Pilgub. Untuk mencukupi kebutuhan
persyaratan, ketujuh partai ini harus
meleburkan diri.
Pada Pileg lalu, Golkar menjadi pemenang dengan meraih
9 kursi, Demokrat (8 kursi), Gerindra (8 kursi), PAN (8 kursi), PPP (8 kursi),
PKS (7 kursi), Nasdem (6 kursi), Hanura (5 kursi), PDI P (4 kursi) dan PKB
serta PBB masing-masing dapat satu kursi.
Pengamat politik memperkirakan empat hingga lima pasang
calon gubernur akan bertarung dalam Pilkada mendatang. Ini disebabkan raihan
kursi di DPRD Sumbar, nyaris hampir sama di beberapa partai besar. Artinya,
partai besar ini sudah mengantongi setengah dari syarat pencalonan dari 20
persen kursi atau sekitar 13 kursi.
“Sementara jika ada calon yang menggunakan jalur
independen ini akan sangat berat. Jika ada, maka sangat dibutuhkan usaha yang
cukup keras dan modal yang cukup besar,” kata pengamat politik dari Universitas
Andalas Asrinaldi, Kamis (5/2).
Jika melihat komposisi perolehan kursi ini, tentunya
partai besar ini bersiap-siap memenuhi syarat pencalonan. Jika sebelumnya,
PAN (8 kursi) dan PPP (8 kursi) sudah mulai mengambil ancang-ancang bergabung,
maka keduanya bisa meraih satu tiket pencalonan dan masih menyisakan tiga kursi
berlebih. Golkar yang meraih 9 kursi harus mencari empat tambahan lagi. Begitu
juga dengan Gerindra maupun Demokrat yang sama-sama memiliki 8 kursi.
Namun, untuk koalisi ini, menurut Asrinaldi, partai di
daerah tidak akan terpengaruh dengan Koalisi Merah Putih (KMP) dan Koalisi
Indonesia Hebat (KIH) yang berada di pusat. Pasalnya, dalam beberapa pemilihan
gubernur Sumbar, figur lebih menonjol.
“Partai bisa mengingkari tradisi yang berlangsung di
pusat,” ucap Asrinaldi.
Terkait figur ini, Asrinaldi melihat beberapa partai
mengalami kesulitan menentukan figur dari internal. Hal ini semakin jelas
terbukti, ketika partai memberanikan diri membuka pendaftaran balon kada di
awal. Asrinaldi melihat Nasdem, Demokrat termasuk partai yang kesulitan
mendapatkan figur. Berbeda dengan Golkar yang kelebihan calon.
“Nasdem menjadi partai pertama yang membuka
pendaftaran. Ini menjadikan Nasdem, partai yang diidolakan saat ini,” ucapnya.
Digandrunginya Nasdem oleh sejumlah calon, tidak hanya
di provinsi maupun kabupaten/kota, menurut Asrinaldi bukan tanpa alasan. Nasdem
ternyata sudah memiliki setengah dari persyaratan untuk meraih satu tiket calon
gubernur dengan memiliki enam kursi di DPRD Sumbar. Artinya, ini membuka
peluang kepada partai lain untuk melabuhkan diri. Kemudian, karena menjadi
partai yang membuka pendaftaran pertama, semua calon melirik ini sebagai kesempatan
yang bagus.
Untuk figur, Asrinaldi melihat yang mengemuka saat ini
adalah Irwan Prayitno, Hendra Irwan
Rahim, Muslim Kasim, Shadiq Pasadigoe, Epyardi Asda dan Syamsu Rahim.
“Nama-nama ini akan mengerucut menyisakan tiga atau
empat calon saja,” terang Asrinaldi.
Sementara itu, pengamat politik Universitas Negeri
Padang Nora Eka Putri melihat, partai besar yang berada di etalase lima pertama
pemenang di Sumbar, bisa saja mengusung calon masing-masing. Namun, yang
menjadi catatan, ia melihat ke depan partai bisa menawarkan paket-paket calon
yang menampilkan wajah baru. Artinya, akan ada tokoh baru atau tokoh muda.
“Saat ini, dalam spanduk yang terpasang, masih
didominasi muka lama. Wajah baru sempat hadir, tapi menghilang kembali.
Masyarakat bisa saja merasa bosan dengan wajah lama dan menginginkan wajah
baru,” ucap Nora.
Untuk koalisi saat ini masih belum terlihat dengan
jelas. Peta politik nasional, PDIP yang diporak-porandakan, kisruh KPK-Polri
membuat calon berpikir dua kali, apa yang akan terjadi setelah ini.
Sementara itu, hingga kini sejumlah partai belum
semuanya mengungkap calon gubernur dan arah koalisi. Ketua DPD PDI Perjuangan
Sumbar Alex Indra Lukman menyatakan hingga kini ia masih berkeyakinan KIH
akan solid mengusung calon gubernur. Hal serupa juga sudah mulai terlihat di
beberapa daerah, dengan dideklarasikannya KIH untuk mengusung calon bupati.
Sementara untuk siapa yang akan diusung, masih menjadi
tanda tanya. Meskipun nama Ketua DPD Hanura Sumbar Marlis disebut-sebut ambil
bagian dalam pencalonan. “Penjajakan masih berlangsung, soal nama masih
rahasia,” kata Marlis.
Soal koalisi dan calon, Demokrat pun tampak masih merahasiakan.
Mulyadi, sebagai kader yang disebut bakal diusung partai besutan Susilo Bambang
Yudhoyono, masih belum memberi kepastian terhadap hal itu.
Kemudian, PPP dan PAN sedikit memulai langkah maju.
Ketua DPP PPP Epyardi Asda berharap dengan pendaftarannya di PAN, bisa menjada
pendaftaran pertama dan terakhir bagi PAN.
“PAN delapan dan PPP delapan cocoklah,” ucap Epyardi
Asda sewaktu mendaftar ke PAN.
Kemudian, untuk PKS, salah satu partai yang tampak diam
saat ini juga belum melakukan manuver berarti. PKS belum membuka pendaftaran
utnuk kalangan umum dan masih menunggu putusan DPP, terhadap tiga kader partai
yang dikirim kepada DPP, usia pemira yang dilaksanakan di internal PKS. Kader
yang dikirim adalah Irwan Paryitno, Tifatul Sembiring dan Anis Matta.
Irwan Prayitno, yang disebut memiliki bekal cukup besar
sebagai incumbent, juga tidak memberi gambaran pasti tentang pencalonan dirinya
dari PKS. Meskipun dalam dua tahun terakhir, sejumlah baliho besar tentang
dirinya sudah menghiasi setiap jalan di Sumbar.
Golkar sendiri, dengan kemelut di pusat, juga turut
menghambat proses berlangsung di internal. Secara teknis, DPP belum menurunkan
juklak untuk Pilkada. Meskipun sinyal-sinyal sudah diberikan dengan mengarah
pada dukungan pada Ketua DPD saat ini.
Gerindra Sumbar pun mengalami nasib yang sama, masih menunggu
petunjuk dari pusat tentang arah koalisi dan pendaftaran bakal calon. Menurut
Sekretaris DPD Gerindra Sumbar Darmawi, pihaknya akan selektif dalam menetapkan
calon gubernur dan wakil gubernur. Karena tidak ingin terjadi pengalaman pahit
terulang seperti yang dilakukan Gubernur DKI sekarang Ahok.
Jika menyebut calon, Darmawi menyatakan ada beberapa
tokoh masyarakat, pengusaha dan birokrat di perantauan atau Jakarta yang
melakukan komunikasi dengan Gerindra. Tokoh perantauan ini terdiri dari tiga
orang Purnawirawan TNI berbintang, tiga orang pengusaha dan dua orang birokrat.
Soal nama, ia belum mau menyebutkan.
Sumber Harian Haluan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar