Senin, 14 April 2014

Siloam Diganti Minangkabau International Hospital

Fauzi Bahar
Thamrin, Padek–Per­te­mu­an Wali Kota Padang Fauzi Ba­har dengan puluhan ma­ha­sis­wa anti-investasi Lip­po Group yang tergabung Forum Mas­yarakat Tolak Siloam di Masjid Nurul Iman, kemarin (13/12), nyaris ricuh. Hal itu terjadi setelah salah seorang perwakilan ma­hasis­wa nekat memaksa Fauzi Ba­har menandatangani surat per­nyataan penolakan pem­ba­ngu­nan superblok di Jalan Khatib Sulaiman tersebut. Mereka menengarai pem­ba­ngunan superblok tidak sesuai Pasal 69 Perda No 4/2012 tentang RTRW Tahun 2010-2030, “Untuk kawasan dan rencana pengembangan perdagangan dan jasa dibo­lehkan di Kecamatan Padang Barat, Selatan, Timur dan Kototangah”. “Kami minta Pak Wali Kota me­nan­da­ta­ngani surat pernyataan peno­lakan pembangunan ini,” pin­ta Andri, salah seorang ma­ha­siswa dalam pertemuan itu.

Aksi tersebut kontan mem­­buat mantan perwira AL ter­sebut naik pitam, seraya mem­pertanyakan apa alasan yang men­dasari mahasiswa me­minta dirinya me­no­lak inves­tasi itu. Apa­lagi, in­vestasi ter­se­but sudah me­­lalui proses pan­jang, termasuk pem­­bi­ca­ra­an de­ngan kalangan legislatif. “Saya mengundang investor ke Padang pascagempa dan adanya ancaman tsunami ter­sebut tidaklah mudah. Na­mun, kami terus berusaha mengajak investor menanamkan mo­dal­nya, termasuk menetapkan zero cost bagi investor yang me­nanamkan mo­­dalnya Rp 1 triliun,” kata Fauzi. Ketua DPD PAN Padang itu juga mem­beberkan jika nama ba­ngu­nan tersebut juga telah diganti. “Bukan Siloam, tapi Mi­na­ngkabau International Hospital,” bebernya.

Pembangunan tersebut juga sebagai langkah awal. Karena di balik itu, rencananya juga akan dibangun reklamasi pantai membentuk Rumah Gadang di Pantai Padang. “Di atasnya juga ada shelter. Di sana juga ada nantinya sebuah sirkuit balapan Formula-1 atau pun motor,” pa­par­nya. Akan tetapi, pen­jela­san wali kota itu tetap saja ti­dak mengundang simpati ma­hasis­wa.

Mahasiswa meragukan in­ves­tasi ini bisa digunakan oleh masyarakat Kota Padang. Ala­san­nya, untuk makan saja masyarakat sudah susah. Mahasiswa lainnya, Deni Hendra selaku mahasiswa ekonomi yang konsentrasi khusus ke pembangunan me­nga­takan, pembangunan ha­rus diarahkan pada ba­gai­mana kesejahteraan mas­ya­rakat meningkat dan pela­ya­nan publik tercapai. “Pembangunan belum di­la­­kukan, masyarakat sudah cemas, apalagi sudah dila­ku­kan. Itu artinya apa? Pem­ba­ngu­nan yang dilakukan itu tidak mencapai target. Ha­ra­pan pembangunan itu, mas­yarakat tercapai ke­sejah­te­ra­annya,” sebut mahasiswa UNP tersebut. Beruntung jalannya per­te­muan yang mulai memanas tersebut dapat diredam se­jum­lah aparat kepolisian yang mengawal pertemuan yang di­lakukan sebelum shalat Ju­mat tersebut, hingga akhir­nya ma­hasiswa membubarkan diri.

Demo Tandingan

Menyikapi aksi demo ma­ha­siswa tolak Siloam sehari sebelumnya, Ketua Forum Ko­munikasi Peduli Pem­ba­ngu­nan (FKPP) Padang, Masrizal mengaku akan menyiapkan demo tandingan untuk me­maksa Wali Kota Padang kon­sis­ten melanjutkan pem­ba­ngu­nan superblok tersebut. “Kalau memang dibutuh­kan kita akan siapkan (demo tandingan, red). Jika mereka hanya menyiapkan massa se­kitar 2.000 orang, kita akan ke­rahkan massa sekitar 10.­000 orang untuk mengawal ter­wujudnya pembangunan tersebut,” ujar Masrizal. Menurutnya, pem­ba­ngu­nan RS terbesar di Sumbar tersebut sudah melalui proses panjang dan menghabiskan waktu lama dalam mengurus peri­zinannya. Karena itu, disa­yangkan jika pembangunan harus gagal di tengah jalan.

Seharusnya, kata dia, se­ba­gai warga Kota Padang, mas­ya­rakat merasa bersyukur ada­nya pembangunan ter­sebut. Bukan perkara mudah men­datangkan investor untuk me­nanamkan modalnya di Sum­bar, khususnya Kota Pa­dang. Untuk pembangunan me­gap­royek itu perlu didukung penuh langkah investor yang sudah menanamkan niat baik­nya. Lagi pula pembangunan ter­sebut gunanya juga untuk membangkitkan roda pe­re­ko­nomian masyarakat Kota Pa­dang juga. “Apalagi, jika dilihat sela­ma ini angka pengangguran masih cukup tinggi. Ban­yak­nya lulusan yang dilahirkan ber­bagai perguruan tinggi tidak sebanding ketersediaan lapangan kerja,” jelasnya. Dia juga mengisyaratkan akan menuntut Wako Padang jika pembangunan RS tersebut gagal.

“Jika pembangunan ini sampai gagal, kita akan tuntut pak wali (Wali Kota, red). Karena itu kita akan terus mengawal agar pembangunan tersebut bisa terwujud. Lagian aturan yang telah ditetapkan Pemko Padang juga telah dii­ku­ti,” sebutnya. (zul)

Sumber: Padang Ekspres • Sabtu, 14/12/2013 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar